Pada dasarnya, seperti telah dijelaskan sebelumnya tentang jenis-jenis terjemahan menurut Dryden, Newmark, Nord, Larson dan lain-lain, jenis-jenis terjemahan yang dipaparkan oleh para ahli tersebut mengilustrasikan bahwa mengalihkan makna dari Bsu (bahasa sumber) itu pantas diberi porsi banyak agar dapat memberikan penjelasan tentang bagaimana menghasilkan terjemahan yang baik ke dalam Bsa (bahasa sasaran). Namun nyatanya memang demikian, dari berbagai jenis-jenis terjemahan yang pernah saya kutipkan, rata-rata penjelasan tentang pengalihan makna lebih ditekankan daripada pengalihan bentuk saja. Jika disimpulkan, hampir semua dari mereka mempunyai kesamaan pendapat bahwa terjemahan literal—yang dialihkan menjadi berbagai istilah seperti Metaphrase, documentary translation, form-based translation, word-for-word translation dan lain sebagainya—itu adalah terjemahan harfiah yang hanya cocok digunakan dalam teks-teks yang sederhana saja. Karena itulah muncul istilah tandingan dari jenis terjemahan tersebut seperti paraphrase, instrumental translation, meaning-based translation, communicative translation dan lain-lain.
Meskipun jenis-jenis terjemahan yang dijelaskan oleh beberapa ahli tersebut sangat banyak dan bervariasi, ada keterangan lain tentang jenis-jenis terjemahan yang sangat sering dikutip dalam berbagai buku sebagai landasan dasar dari jenis-jenis terjemahan. Penjelasan tersebut diungkapkan oleh Jakobson (dikutip Basnett, 2002:23) dalam artikelnya yang populer yang berjudul ‘On Linguistic Aspects of Translation'. Dalam hal ini, Jakobson membagi terjemahan menjadi tiga jenis:
Intralingual translation, or rewording (an interpretation of verbal signs by means of other signs in the same language).
Interlingual translation or translation proper (an interpretation of verbal signs by means of some other language).
Intersemiotic translation or transmutation (an interpretation of verbal signs by means of signs of nonverbal sign systems).
Intralingual translation disebut juga sebagai rewording adalah penafsiran bahasa verbal dengan bahasa verbal yang lain dalam bahasa yang sama. Maksudnya, memaknai sebuah kata, frase, kalimat, ungkapan dan lain sebainya dalam bahasa yang sama. Misalnya ibu pergi ke pasar, diterjemahkan/ditafsirkan ibu sedang membeli sayuran, tentu dalam bahasa yang sama yaitu Bahasa Indonesia.
Berbeda lagi dengan Interlingual translation, menurut Jakobson jenis inilah yang dianggap sebagai translation yang sebenar-benarnya yaitu menerjemahkan bahasa verbal kedalam bahasa yang berbeda, semisal Ibu pergi ke pasar, harus diterjemahkan menjadi A mother goes to the market. Nah inilah terjemahan yang sebenarnya yang kemudian diklasifikasikan oleh beberapa ahli.
Sedangkan Intersemiotic translation disebut juga sebaga transmutation adalah penafsiran bahasa verbal kedalam bahasa non-verbal, seperti ceramah dijadikan slide dalam video, sebuah puisi dijadikan teater, novel, music dan lain sebagainya.
Mungkin itu saja dulu jenis-jenis terjemahan yang bisa saya bagi-bagikan, sekedar update sekaligus belajar dan berbagi referensi Bahasa Inggris yang saya miliki. Thanks a lot…
Referensi:
Bassnett, Susan. 2002. Translation Studies 3rd edition. London and New York: Routledge
No comments:
Post a Comment