Social Icons

Saturday, April 13, 2013

Curhat - Kolom Khusus Guru Bahasa Inggris

Kami, dengan senang hati, menerima tulisan lepas anda semua, khususnya bapak dan ibu guru yang mengajar bahasa Inggris. Tulisan apapun, baik berupa curhat, artikel, esai, dan lain sebagainya, bisa kami terima. Tulisan yang telah anda kirimkan "semoga saja" bisa dipublikasikan setiap hari SENIN di weblog ini dan akan disebarluaskan melalui Facebook Fanpage Englishindo yang telah mencapai Belasan Ribu Follower di seluruh Indonesia.

Tujuan utama kami menghadirkan kolom khusus ini adalah tidak lain untuk mengetahui secara pasti apa yang tidak pernah diungkapkan oleh para guru bahasa Inggris. Dengan adanya kolom khusus ini, semoga saja dunia pendidikan bahasa Inggris di Indonesia menjadi lebih baik lagi.


Pertanyaan lebih lanjut, silahkan kirim pesan/message di Official Page Englishindo, Terima Kasih.

Puisi Cinta - Forever

Forever
by Luvmeluvr
(Puisi Bahasa Inggris tentang "Aku Jatuh Cinta")

I've known you forever,
I've known you four years.
Through so many smiles,
And even more tears.

Selamanya 'ku mengenalmu
Bertahun-tahun 'ku mengenalmu
Lalui begitu banyak senyuman
dan bahkan lebih banyak tangisan 

You accepted me warmly,
You love me so much.
I love your sweet smile,
I love your soft touch.

Kau menerimaku dengan hangat
Kau mencintaiku dengan sangat
'Ku cinta semum manismu
'Ku cinta lembut sentuhmu

I love that you love me
The way that I am,
I love that you see me
Like no one else can.

'Ku mencintai cintamu untukku
Caramu mencintaiku
'Ku mencintai tatapanmu untukku
Seperti tak seorangpun bisa tiru
I love that I love you
Like no one before,
I'd love you forever
And still I'd crave more.

'Ku mencintai cintaku untukmu
Seperti sebelumnya tak seorangpun mencintaimu
'Ku kan selamanya mencintaimu
Dan masih terus penuh gairah
I've known you forever,
I've known you four years.
I'll be with you always
Til the end of time nears.

'Ku selamanya mengenalmu
'Ku bertahun-tahun mengenalmu
'Ku kan selalu bersamamu
Hingga jelang ujung waktu...

Puisi Cinta - My Love For You Is Real

My Love for You is Real
by Dreaminrain
(Puisi Bahasa Inggris tentang "Aku Jatuh Cinta")

Sometimes at night,
When I look to the sky,
I start thinking of you,
And then ask myself "why?"

Terkadang di malam hari
Saat langit ku pandangi
Kumulai memikirkanmu
dan bertanya pada diriku sendiri "mengapa" 

"Why do I love you?"
I think and smile,
Because I know,
The list could run on for mile.

"Mengapa 'ku mencintaimu?"
'Ku berpikir dan tersenyum
Karena Aku tahu
Alasannya bisa terus jauh terbang

The whisper of your voice,
The warmth of your touch,
So many little things,
Make me love you so much.

Bisikan suaramu
Hangat sentuhmu
begitu banyak hal-hal kecil
Yang membuatku sangat mencintaimu

The way that your kiss,
Fills me with desire,
And how you hold me,
With the warmth of a fire.

Caramu menciumku
Memenuhi gairahku
Caramu memelukku
dengan hangat api (cintamu)

The way your eyes shine,
When you look at me,
Lost with you forever,
Is where I want to be.

Cara matamu berbinar
saat menatapku
Tersesat bersamamu untuk selamanya
adalah tempat yang aku mau
The way that I feel,
When you are by my side,
A sense of completion,
And overflowing pride.

Yang aku ku rasakan
saat  kau disampingku
adalah perasaan kesempurnaan
Penuh kebanggaan

The dreams that I dream,
That all involve you,
The possibilities that I see,
The things that we can do.

Mimpi-mimpi yang kuimpikan
Semua tentang kamu
Kemungkinan yang aku lihat
Sesuatu yang kita bisa perbuat

How you finish the puzzle,
That lies inside my heart,
How deep in my soul,
You are a very important part.

Bagaiman teka-teki ini kau pecahkan
Teka-teki yang bersandar dalam hati,
Sungguh engkaulah bagian Jiwaku
yang paling utama..

I could go on for days,
Telling of what I feel,
But all you really must know is...
My love for you is real.

Ku bisa saja berhari-hari terus bercerita
bercerita apa yang kurasakan
Tapi semua yang sungguh harus kau ketahui
adalah "Cintaku untukmu Sungguh adanya"

Friday, April 12, 2013

Nominal Sentence: Istilah Yang Salah?

Jika sebelumnya saya mengungkapkan bahwa Rumus 16 tenses Salah, maka sekarang saya ungkapkan satu lagi yang tidak kalah menarik dalam dunia pembelajaran Grammar di Indonesia, yaitu tentang kesalahan istilah Nominal Sentence. Saya sendiri sebenarnya sudah familiar dengan nama nominal sentence, namun ada kejanggalan ketika ada guru atau dosen menggunakan istilah tersebut. Kenapa saya merasa janggal? 

Nah di postingan kali ini saya akan menjelaskan sedikit kejanggalan-janggalan istilah nominal sentence tersebut. Terus terang saya tidak bermaksud untuk berdebat mengenai kesalahan istilah nominal sentence yang telah lama melekat pada pelajar dan bahkan mahasiswa, apalagi mengajak para nominal sentencer bertarung dalam sebuah ring, walah bisa remuk redam saya ini. Bagaimanapun juga, disini saya akan mencoba menjelaskan sedikit tentang sentence menurut pendapat ahli dalam masalah pembelajaran Grammar sebagai jalan tengah agar pembelajaran tentang Grammar tidak lagi dianggap sulit oleh beberapa kalangan. 

Namun jika ada yang bersedia mengomentarinya saya sangat senang sekali, mengingat ini demi kebaikan pembelajaran Grammar untuk kita semua. Mari kita awali dengan berandai-andai dulu, coba saja bayangkan jika Rumus Tenses yang konon dianggap ada 16 tersebut dibagi menjadi dua: Pertama, Rumus Verbal dan Kedua, Rumus Nominal; waduh berarti kita harus mempelajari 32 rumus tenses sekaligus dong. Sungguh suatu beban yang berat untuk pelajar atau mahasiswa yang sedang menempuh jalan cinta terhadap bidang bahasa.  Lalu benarkah tidak ada nominal sentence? 

Oke, untuk menganalisanya lebih baik kita awali dengan pembahasan pengertian sentence terlebih dahulu, Swan (1995:xxvii) menjelaskan sentence sebagai berikut:

“….A group of words that expresses a statement, command, question or exclamation. A sentence consists of one or more clauses, and usually has at least one subject and verb. In writing it begins with a capital letter and ends with a full stop, question mark or exclamation mark.”

Swan menerangkan bahwa sentence (kalimat) adalah kumpulan kata yang mengungkapkan tentan sebuah pernyataan, pertanyaan, perintah, ataupun seruan. Lebih lanjut, Swan menjelaskan bahwa sebuah kalimat terdiri dari satu klausa atau lebih, dan biasanya hanya memiliki satu subject dan satu verb. Dalam penulisannya, sebuah kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).

Penjelasan tersebut sama sekali tidak menyinggung baik itu verbal sentence ataupun nominal sentence. Mungkin itu salah satu pendapat  ahli grammar saja, masih banyak para ahli lainnya yang tidak mengungkapkan nominal sentence sebagai bagian dari jenis noun.

Lagi-lagi sebagai contoh buku yang sering saya jadikan referensi (ya karena itu mungkin satu-satunya buku yang saya punya, hehe), karya Michael Swan. Buku karangan Swan ini—yang menurut saya sebagai Kamus Grammar yang lumayan bagus—tidak pernah menjelaskan urgensi adanya istilah nominal sentence. Dan menurut saya, mengikut pendapat Marcella Frank, lebih baik  belajar tentang Parts of Spech terlebih dahulu dan hal tersebut lebih pantas dikedepankan sebagai bahan ajar yang lebih komprehensif dan mendetail daripada meributkan dan memperkeruh suasana belajar Grammar yang serba rumit selalu melulu mengenai tenses, conditional sentence, tag question yang benar-benar seperti belajar matematika selalu saja dihubungkan dengan rumus. Ingat loh di Inggris saja katanya tidak pernah menggunakan istilah nominal sentence, padahal mereka adalah sang empunya bahasa.

Lalu istilah nominal sentence berasal dari mana ya? 

Saya sendiri belum melakukan riset tentang hal tersebut, namun saya menduga itu akal-akalan para tenaga pengajar dan pendidik (guru atau dosen) yang mungkin kesulitan dalam menerangkan Grammar kepada para muridnya. Itu dugaan saya saja, meskipun saya bukan seorang guru bahasa Inggris, namun saya pernah menjadi seorang pelajar bahasa Inggris sehingga saya tahu kesulitan saya ketika memahami sebuah kalimat nominal dan verbal. Teman-teman saya yang jadi guru bahasa Inggrispun banyak bercerita tentang kesulitan tersebut sehingga wajar jika saya menduga demikian.

Lalu siapa yang harus disalahkan?

Jika kita boleh menyalahkan maka yang harus kita salahkan terlebih dahulu adalah Bahasa Inggris itu sendiri, nah loh? Jika tidak ada Bahasa Inggris tentu pembahasan tentang nominal sentence tidak pernah ada. Namun, apapun itu bentuknya, saya kira tidak etis menyalahkan siapa yang bersalah, kita tidak usah berdebat untuk menyalahkan guru, dosen atau murid dan mahasiswa. Semuanya sama-sama ikut serta dalam pengembangan ilmu bahasa. Tapi inti yang paling penting adalah Jangan Menyalahkan saya. Hehe..

Contoh Dialog Bahasa Inggris Tentang Liburan

Contoh dialog bahasa Inggris tentang liburan ini ditulis untuk sobat sobit semua yang sedang mengerjakan tugas bahasa Inggris tentang Liburan / holiday. Seperti halnya tugas membuat percakapan bahasa Inggris lainnya, tugas sekolah ini biasanya menjadi tugas kelompok, minimal dua orang. Materi bahasa Inggris tentang liburan ini identik dengan tugas menulis recount text, artinya atau biasanya, siswa disuruh membuat tugas kelompok sekaligus tugas individual, yaitu, writing : recount text, dan speaking : holiday.

Sebagai siswa yang baik, sudah seharusnya kita menuruti tugas guru bahasa Inggris kita, meski saya masih belum yakin apakah guru kita ini bisa menceritakan liburannya dengan gaya tulisan recount yang lebih keren :) daripada kita semua sebagai siswanya. Ah, sudahlah jangan berburuk sangka kepada guru kita, mari kita lanjut saja dengan melihat contoh percakapan / dialog bahasa Inggris tetang liburan di bawah ini :

Contoh Dialog 1 : Percakapan Terjadi Setelah Liburan


Uya : Hi Ayu
Ayu : Hi
Uya : I've heard you went to Bali again, is it true?
Ayu : (Ayu smiles)
Uya : Oh my God, I really want to go to Bali, it's a great place I've never slept in.
Uya : Anyway, I know you had visited Bali many times, did you still enjoy it?
Ayu : Yeah, I still enjoy it, especially when watching men playing football on the beach.. bhahahhaa
Uya : While lying on the sand half nak**, huh? (Uya smirks)
Ayu : Oh no, I am Indonesian. I don't want our ancestors rise from their tomb and look at one of our beaches in summer, they would probably shake their head with incredulity.
Uya : I see. I am just kidding.
Ayu : Nevermind. Anyway, when will you go there?
Uya : I don't know, I am still busy with my business.
Ayu : I do hope we will see you in Bali next vacation.
Uya : I do hope so.
Ayu : I have to go right now. (while walking away from Uya)
Uya : Oh, nice to meet you Ayu. (while screaming)
Ayu : (Looking back and blinking her eye to Uya).

Contoh Dialog 2 : Percakapan Terjadi Sebelum Liburan


Ayu : Do you really want to go to Bromo?
Uya : Yeah, my boss has given me a break.
Ayu : Why don't you visit Bali? You wanna go there, don't you?
Uya : Yes I really want to go there... (Uya stops talking, he thinks something)
Ayu : Hey.. What are you thinking about?
Uya : Sorry, I just don't wanna go to Bali, except...
Ayu : Except what? You said you want to go there... this is your right time.
Uya : No, no, it aint my right time. Bromo is as beautiful as Bali, isn't it?
Ayu : Yes, Bromo is. You always talk about Bali, I think Bali is your favorite place.
Uya : Hmm.. You're right, Bali is my favorite place. But I don't wanna go there right now, because...
Ayu : Because of what. . . 
Uya : Because I don't wanna go to Bali without you...
Ayu : (Silent, looking at Uya's eyes)
Uya : I don't wanna go to Bali without you, Ayu.
Ayu : (Keep silent, smiling)

NOTE : Silahkan teruskan percakapan pada dialog kedua, saya tidak tahu kelanjutannya :)

contoh dialog bahasa inggris tentang liburanSaya kira cukup untuk percakapan bahasa Inggris tentang Liburan ini. Meski terkesan sangat aneh, setidaknya contoh tersebut bisa menjadi inspirasi sobat sobit semua yang sedang mengerjakan tugas membuat percakapan sendiri. (Jika ada kesalahan, mohon dikoreksi ya?)

Saya, jujur saja, belum bisa membuat contoh percakapan bahasa Inggris 7 orang. Mungkin pikiran saya belum bisa membayangkan apa saja yang dibicarakan oleh banyak orang. Jadi mohon maaf saja, bagi sobat sobit yang meminta percakapan / dialog bahasa Inggris yang lebih dari 2 orang, seperti 3, 4, 5, 6, dan 7 orang, saya belum bisa mewujudkannya. Mungkin lain kali bisa...

Jenis-Jenis Terjemahan (Bagian 4)

Pada dasarnya, seperti telah dijelaskan sebelumnya tentang jenis-jenis terjemahan menurut Dryden, Newmark, Nord, Larson dan lain-lain, jenis-jenis terjemahan yang dipaparkan oleh para ahli tersebut mengilustrasikan bahwa mengalihkan makna dari Bsu (bahasa sumber) itu pantas diberi porsi banyak agar dapat memberikan penjelasan tentang bagaimana  menghasilkan terjemahan yang baik ke dalam Bsa (bahasa sasaran). Namun nyatanya memang demikian, dari berbagai jenis-jenis terjemahan yang pernah saya kutipkan, rata-rata penjelasan tentang pengalihan makna lebih ditekankan daripada pengalihan bentuk saja. Jika disimpulkan, hampir semua dari mereka mempunyai kesamaan pendapat bahwa terjemahan literal—yang dialihkan menjadi berbagai istilah seperti Metaphrase, documentary translation, form-based translation, word-for-word translation dan lain sebagainya—itu adalah terjemahan harfiah yang hanya cocok digunakan dalam teks-teks yang sederhana saja. Karena itulah muncul istilah tandingan dari jenis terjemahan tersebut seperti paraphrase, instrumental translation, meaning-based translation, communicative translation dan lain-lain.

Meskipun jenis-jenis terjemahan yang dijelaskan oleh beberapa ahli tersebut sangat banyak dan bervariasi, ada keterangan lain tentang jenis-jenis terjemahan yang sangat sering dikutip dalam berbagai buku sebagai landasan dasar dari jenis-jenis terjemahan. Penjelasan tersebut diungkapkan oleh Jakobson (dikutip Basnett, 2002:23) dalam artikelnya yang populer yang berjudul ‘On Linguistic Aspects of Translation'. Dalam hal ini, Jakobson membagi terjemahan menjadi tiga jenis: 

Intralingual translation, or rewording (an interpretation of verbal signs by means of other signs in the same language).

Interlingual translation or translation proper (an interpretation of verbal signs by means of some other language).

Intersemiotic translation or transmutation (an interpretation of verbal signs by means of signs of nonverbal sign systems).


Intralingual translation disebut juga sebagai rewording adalah penafsiran bahasa verbal dengan bahasa verbal yang lain dalam bahasa yang sama. Maksudnya, memaknai sebuah kata, frase, kalimat, ungkapan dan lain sebainya dalam bahasa yang sama. Misalnya ibu pergi ke pasar, diterjemahkan/ditafsirkan ibu sedang membeli sayuran, tentu dalam bahasa yang sama yaitu Bahasa Indonesia. 

Berbeda lagi dengan Interlingual translation, menurut Jakobson jenis inilah yang dianggap sebagai translation yang sebenar-benarnya yaitu menerjemahkan bahasa verbal kedalam bahasa yang berbeda, semisal Ibu pergi ke pasar, harus diterjemahkan menjadi A mother goes to the market. Nah inilah terjemahan yang sebenarnya yang kemudian diklasifikasikan oleh beberapa ahli.

Sedangkan Intersemiotic translation disebut juga sebaga transmutation adalah penafsiran bahasa verbal kedalam bahasa non-verbal, seperti ceramah dijadikan slide dalam video, sebuah puisi dijadikan teater, novel,  music dan lain sebagainya.

Mungkin itu saja dulu jenis-jenis terjemahan yang bisa saya bagi-bagikan, sekedar update sekaligus belajar dan berbagi referensi Bahasa Inggris yang saya miliki. Thanks a lot…

Referensi:

Bassnett, Susan. 2002. Translation Studies 3rd edition. London and New York: Routledge

Wednesday, April 10, 2013

Genre-Based Approach, Bisa Apa Anda?

Pelajaran bahasa Inggris, khususnya mengenai text adalah salah satu productive skill yang perlu dipahami siswa dengan baik; karena materi tentang Genre ini tidak hanya berguna meningkatkan keterampilan bahasa Inggris siswa tapi juga berpotensi merepotkan kelulusan dikarenakan sangat seringnya muncul dalam UN [Ujian Nasional] bahasa Inggris. Oleh karena itu, materi ini alangkah baiknya bisa diterapkan dengan baik dan sebaik-baiknya.
Penerapan genre-based approach di Indonesia dianggap masih memprihatinkan!!! Dengan tujuan meningkatkan kualitas productive skill sang siswa, pendekatan ini malah menjadikan siswa tidak produktif dan cenderung semakin malas. 

Sebut saja, siswa mau tidak mau harus mau menulis, meski mereka tak yakin betul bisa menulis. Siswa mau tidak mau harus mengerti, meski mereka tak yakin benar bisa mengerti. Tugas demi tugas dilayangkan kepada siswa (Maaf pak / ibu guru, ini keluhan saudara hohoho), seakan siswa sekarang ini sudah pintar semua. Jalan pintas pun dilakukan, internet jadi andalan.

Jalan di tempat... tidak produktif, siswa jadi lebih suka berselancar di Internet mencari penjelasan dan contoh-contoh text. Hal ini bisa menjadi salah satu bukti bahwa pemaparan guru tentang materi text ini masih sangat "kurang" jelas, dan bisa menjadi ukuran bahwa siswa belum bisa menuliskan salah satu jenis text dengan tangan dan pikirannya sendiri. Memprihatinkan bukan? Saya sih biasa saja, bapak dan Ibu guru yang lebih kompeten dalam bidang pendidikan bahasa Inggris sudah seharusnya prihatin 3000 kali lipat.

Namun, harus diakui bahwa penerapan "Genre Approach" sebagai salah satu cara baru pengajaran bahasa Inggris sejak diperkenalkannya kurikulum 2004 perlu mendapatkan perhatian lebih mengingat model pembelajaran ini sungguh fenomenal (tukul mode on). Jikapun ada guru yang belum sepenuhnya bisa, cobalah belajar dahulu, tidak usah berpura-pura; karena kepura-puraan anda sebagai guru bisa saja menjebak anda jatuh dan tak berwibawa lagi. #Tuh pak / bu, dengerin :)
 
Intinya, apapun kendalanya, semoga saja guru bahasa Inggris bisa menemukan solusi terbaik; tentunya melalui jalan musyawarah dengan guru lainnya agar bisa menciptakan efektifitas kegiatan belajar & mengajar bahasa Inggris, khususnya dalam penerapan genre-based approach di dalam dan di luar sekolah. #maksa.

Bayangkan, tulisan tentang jenis-jenis text di bawah ini mungkin sudah sangat familiar bagi sobat sobit semua yang duduk di bangku SMA, dan sebagian di SMP.. 

  • Narrative Text
  • Recount Text
  • Spoof Text
  • Descriptive Text
  • Report Text
  • Review Text
  • News Item
  • Procedure Text
  • Analytical Exposition
  • Hortatory Exposition
  • dan lain-lain
Meski diajarkan berulang-ulang selama kurung waktu yang cukup lama (SMP hingga SMA), benarkah anda sebagai siswa, ataupun anda sebagai guru, sudah bisa semuanya??? saya tidak percaya ada yang benar-benar bisa. Lalu, bisa apa anda??

Jika pertanyaan tersebut ditunjukan kepada saya, saya pasti menjawab dengan lantang, "Jujur saya tidak bisa apa-apa, tulisan ini sekedar melemaskan jemari karena sudah lama tak mengetikkan banyak kata. Jika ada di antara siswa atau guru yang sudah bisa, silahkan tambahkan sebisanya."


Tuesday, April 9, 2013

Kata Mutiara tentang Writing

Menulis mungkin bagi para blogger jelas sebagai suatu kegiatan yang wajib dilakoni dengan tekun, meskipun rada melelahkan juga. Akan tetapi bagi beberapa kalangan, misalnya mahasiswa, pelajar, guru dan bahkan dosen sekalipun, ada saja yang tidak suka menulis dikarenakan berbagai hal. Namun begitu, ada juga yang mengatakan menulis itu mudah semudah meletakkan 10 jari diatas keyboard (seperti saya tuh..). 

Nah, kali ini saya akan memberikan informasi tentang kutipan-kutipan (kata-kata jimat) yang ada kaitannya dengan menulis, tulisan-tulisan ini semoga saja bisa mengurangi rasa malas kita terhadap hal-hal yang berbau pulpen, kertas, keybord, pensil, huruf, kata, frase, kalimat, paragraf dan semua yang berhubungan dengan tulis-menulis. Catatan-catatan ini saya ambil dari bukunya Fulwiler yang berisi tentang bagaimana menulis sebuah diari menjadi tulisan yang formal seperti skripsi dan disertasi. Tulisan-tulisan ini juga saya terjemahkan sedikit literal mengingat kata-katanya lebih pantas dengan terjemahan literal (bagi para professional translator dilarang protes). Oke mari kita lihat catatan dibawah ini, chekitot:

Pilihan seorang penulis

The reason, I think, I wait until the night before the paper is due, is that then I don’t have any choice and the problem goes away. I mean, I stop thinking about all the choices I could make, about where to start and what to say, and I just start writing. Sometimes it works, sometimes it doesn’t. (Sarah) p.1

“Saya pikir, alasan mengapa saya menunggu hingga tengah malam sebelum tulisan jadi tepat waktu adalah karena saya tidak memiliki pilihan apapun dan masalah hilang. Maksudnya, saya berhenti berpikir tentang pilihan-pilihan yang seharusnya saya pilih, tentang dimana harus memulainya dan apa yang harus dituliskan, dan saya hanya mulai menulis. Kadangkala hal tersebut berhasil, namun kadang juga tidak.”

Proses dalam Menulis

I start by writing down anything that comes to mind. I write the paper as one big mass, kind of like freewriting. Then I rewrite it into sentences. I keep rewriting it until it finally takes some form. (Brady)p.15

“Saya awali dengan menulis segala yang ada di kepala. Saya menulis sebuah karya tulis seperti tulisan  bebas. Lalu saya menuliskanya kembali menjadi kalimat. Saya terus menuliskannya lagi sampai akhirnya menjadi sebuah bentuk tulisan.”

If I have the time before I begin to write (which I usually don’t) I make an outline so I have something to follow. An outline kind of gives me a guide to fall back on in case I get stuck. (Jennifer)

Jika saya punya waktu sebelum saya mulai menulis (biasanya tidak) saya membuat sebuah outline sehingga saya memiliki sesuatu untuk diikuti. Sebuah outline memberiku petunjuk untuk kembali dari awal mula jika saya berhenti menulis.”

Then I start in the middle because it’s easier than trying to figure out where to start. The ending is easy because all you do is repeat what you just said. After the middle and the end, I try to write the beginning (Pat)

“Saya mulai di bagian tengah tulisan karena lebih mudah daripada mencoba menemukan dimana harus dimulai. Sebuah akhir tulisan terasa mudah karena semua yang kau tulis adalah mengulang apa yang baru saja kau katakan. Setelah bagian tengah dan akhir selesai, saya coba menulis bagian awalnya.”

Berpikir dengan Menulis

Writing feels very personal to me. I usually write when I’m under pressure or really bothered by something. Writing down these thoughts takes them out of my mind and puts them in a concrete form that I can look at. Once on paper, most of my thoughts make more sense & I can be more objective about them. Puts things into their true perspective. (Joan)p.25

“Bagi saya, menulis itu sangat personal. Saya biasanya menulis saat dalam keadaan tertekan atau dalam keadaan benar-benar terganggu oleh suatu hal. Mencatat  apa yang ada dalam pikiran membuat semua yang ada dalam otak saya hilang dan meletakannya dalam bentuk yang nyata sehingga saya bisa melihatnya. Saat sudah tertuang dalam kertas, kebanyakan pikiran-pikiran saya tersebut terlihat masuk akal dan saya dapat menilainya dengan lebih obyektif.”

Memanfaatkan Jurnal

Perhaps this journal will teach me as much about myself as it will about English. You know, I’ve never kept a journal or such before. I never knew what a pleasure it is to write. It is a type of cleansing—almost a washing of the mind . . . a concrete look at the workings of my own head. That is the idea I like most. The journal allows me to watch my thoughts develop yet, at the same time, it allows me a certain degree of hindsight. (Peter)p.41

Mungkin jurnal ini bisa mengajarkanku tentang dirikiu sendiri seperti Ia mengajarkanku tentang Bahasa Inggris. Saya tak pernah  mengoleksi jurnal sebelumnya. Saya tak pernah tahu apa senangya menulis. Ternyata jurnal seperti jenis pemurnian—hampir menjernihkan pikiran saya, suatu tampilan yang nyata saat otakku sedang bekerja. Inilah ide yang saya suka. Jurnal menuntunku untuk melihat apa pikiran saya sudah berkembang atau belum. Jurnal mengantarkanku ke tingkat observasi  tertentu.”

Menulis di lingkungan Akademik

I hate to write. My writing never says what I mean. I can see the idea in my head, but I can’t seem to express it in a way that others understand, so I don’t get good grades. Is there some secret I don’t know about? (David)p.55

“Saya benci menulis. Tulisanku tak pernah mengungkapkan apa yang saya maksud. Saya dapat mengetahui ide yang ada di kepalaku, tapi saya tak bisa mengungkapkannya dalam tulisan yang bisa dipahami orang lain, jadi saya tak mendapatkan nilai yang baik. Apa ada beberapa rahasia yang belum saya ketahui?”

Menulis itu mengingat dan merefleksikan

When I write a paper, I inevitably make it personal. I put myself into it and I write well. I’m paranoid when people criticize it because they tell me to make it more impersonal— to take me out of it. I’m afraid I can’t write unless I am in the paper somehow. . . . . . If someone says I should rewrite it, make it less informal, I’d die inside and give up. (Jody)p.64

“Saat saya menulis makalah, saya biasanya membuatnya seperti menulis diari. Saya menuliskannya dengan baik. Saya paranoid saat orang-orang mengkritik tulisan saya karena mereka menyuruhku menuliskannya dalam format makalah—untuk menyingkirkan saya. Saya takut saya tak bisa lagi menulis kecuali jika saya ada tugas membuat makalah. Jika seseorang menyuruhku untuk menuliskannya lagi, agar tidak terlalu informal, saya pasti tak akan lagi menulis.”

Menulis itu berpendapat dan menafsirkan

My teacher last year would always write in the margins of my papers What’s your thesis? Where’s your evidence? How can you prove that? So, now when I argue something, I Make readers believe me. I give them good reasons and lots of examples and they Do believe me—or at least I get better grades.
—Eric.p.98

Guru saya tahun lalu selalu menuliskan catatan di samping tulisan saya. “topik utamanya mana? Mana buktinya? Bagaimana kau membuktikannya?” jadi sekarang saat saya mempunyai pendapat tentang sesuatu, saya mencoba membuat pembaca percaya pada saya. Saya berikan alasan-alasan yang bagus dan memberikan banyak contoh dan ternyata mereka benar-benar percaya—atau setidaknya saya mendapatkan nilai yang lebih bagus.



Referensi

Fulwiler, Tobi. 2002. College Writing: A personal Approach to Academic Writing. Portsmouth: Boynton/Cook publishers, Inc.

Monday, April 8, 2013

Jenis-Jenis Pronouns

Pembahasan kali ini akan lumayan banyak, yaitu tentang jenis-jenis pronoun. Pronoun umumnya menggantikan posisi noun yaitu sebagai subject, object ataupun complement, begitu kira-kira penjelasan dari Frank  Meskippun begitu Frank (1972:20) mengatakan bahwa, "The traditional definition of a pronoun as 'a word that takes the place of a noun' is applicable to some types of pronouns but not to others." Ringkasnya, pronouns tidak selamanya menggantikan posisi nouns saja. Namun sebelum membahas lebih lanjut tentang fungsi-fungsi pronoun, baik sebagai subject, object dan complement, alangkah baiknya jika kita membicarakan tentang jenis-jenis pronoun yang jumlahnya tidak sedikit seperti dibawah ini:

1.   Personal Pronoun

Personal pronouns generally take the place of nouns that refer to people, although the third-person neutral pronoun it usually refers to things or animals. Personal pronoun can have two cases: nominative and subjective.

Personal pronoun umumnya menggantikan posisi nouns yang menunjuk pada manusia, kecuali it yang mengacu pada benda dan binatang. Personal pronoun memiliki dua jenis: pertama, nominative case dan kedua, objective case. Nominative case biasanya berfungsi sebagai subject atau subjective complement. Sedang Objective case berfungsi sebagai object.

Personal Pronoun
Nominative case
Objective case
Forms
Example
Forms
Example
They
We
I
You
He
She
It
They are my friends
We learn English
I love chocolate
You will be fine
He has studied math
She looks so angry
It is my favorite book
Them
Us
Me
You
Him
Her
it
Deni invited them
Deni invited us
Deni invited me
Deni invited you
Deni invited him
Deni invited her
Deni loved it

Lawan dari personal pronoun adalah impersonal pronoun, one.

2.   Interrogative Pronoun

Pernahkah anda berpikir untuk memahami apa jenis parts of speech kata who dalam kalimat Tanya who are you? Kata who dalam pertanyaan who are you? Tersebut adalah interrogative pronoun. Cukup mudah bukan. 

Frank (1972:21) mengatakan, “Interrogative pronouns introduce direct or indirect questions. There are three interrogative pronouns—who (for persons), what (for things), and which (for choice involving either persons or things).

Menurut Frank, interrogative pronoun adalah kata ganti yang mengawali kalimat pertanyaan langsung dan tidak langsung. Ada tiga jenis interrogative pronouns, pertama who (untuk orang), what (untuk benda/binatang) dan which (untuk pilihan mengenai orang maupun benda). Lihat contoh-contoh berikut:

Direct question
Indirect question
Who answered the phone?
What did you eat?
Which have you bought?
He asked who had answered the phone
He asked me what I ate.
He asked me which I had bought.

Ketiga interrogative pronoun tersebut memiliki bentuk lain yaitu whoever, whatever, whichever yang berfungsi untuk membuat pertanyaan lebih umum.

3.   Relative Pronoun

Frank (1972:21) menjelaskan, “Relative pronouns refer to noun antecedents which immediately precede them. They introduce adjective clauses in which they serve as subjects or objects.

Menurut Frank, relative pronoun mengacu pada noun antecedents yang langsung mendahuluinya. Dalam hal ini relative pronoun mengawali adjective clause dimana relative pronoun tadi berfungsi sebagai subject ataupun object dari klausa terebut.

Relative pronoun yang paling umum adalah who, whom, that dan which. Contoh:

Relative Pronouns
Contoh
Who
Whom
That
Which
The man who answered the phone was rude
The man whom she loves was rude
I like the book that gives an inspiration
I like the book which you always read

Keterangan:

Teks berwarna merah adalah adjective clause yang mengikuti sebuah noun. Dan teks yang cetak tebal adalah relative pronounnya yang menghubungkan nouns dengan adjective clause.

4.   Demonstrative Pronouns

Demonstrative pronoun points out someone or something. The most common demonstrative pronouns are this (plural these) and that (plural those). This generally refers to what is near at hand, that to what is farther away. (Frank, 1972:22).

Demonstrative pronoun berfungsi menunjuk seseorang atau suatu benda. Demonstrative pronoun yang paling umum adalah this (bentuk pluralnya these) dan that (bentuk pluralnya those). This umumnya menunjuk seseorang/suatu benda yang dekat, sedang that menunjuk seseorang/sesuatu yang jauh. Contoh:

Singular
Plural
This is my book
That is your book
These are my books
Those are your books

Untuk lebih mudahnya, bisa menggunakan analogi disini dan disana (here and there), jika benda ataupun orang itu dekat berarti disini/here, maka menggunakan this/these. Namun jika jauh berarti disana/there, maka menggunakan that/those.

Keterangan:

Harap dibedakan antara demonstrative pronouns dengan demonstrative adjective. Ketika setelah this, these, that dan those tidak ada noun yang mengikutinya, maka kata-kata tersebut menjadi demonstrative pronouns. Namun jika sebaliknya—ada noun setelah this, these, that dan those—maka kata-kata penunjuk tersebut menjadi demonstrative adjective.

Demonstrative Pronouns
Demonstrative adjective
This is the beautiful place I have ever seen
I love those
This place is beautiful
I don’t love those flowers

5.   Possessive Pronouns

Possessive Pronoun adalah kata ganti yang menerangkan tentang kepemilikan. Lebih jelasnya bisa dilihat tentang jenis-jenis possessive.

Personal Pronouns
Possessive Pronouns
They
We
I
You
He
She
It
Theirs
Ours
Mine
Yours
His
Hers
Its


6.   Reflexive Pronouns

The reflexive pronoun is a combination of –self with one of the personal pronouns or with the impersonal pronoun one. The most common of the reflexive pronoun is as an object that ‘reflect back’ to the subject; in other words, it has the same identity as the subjects. (Frank, 1972:22).

Frank menjelaskan bahwa reflexive pronoun adalah sebuah kombinasi kata –self dengan salah satu bentuk personal pronoun atau impersonal pronoun one. Reflexive pronoun yang sangat umum berfungsi sebagai object yang memantul kembali pada subject; dengan kata lain, baik object maupun subject mempunyai identitas yang sama.

Personal Pronouns
Reflexive Pronouns
They
We
I
You
He
She
It
Themselves
Ourselves
Myself
Yourself / yourselves
Himself
Herself
Itself

Contoh: 

The child hurt himself
I will choose myself

7.   Reciprocal Pronoun

Like the reflexive pronoun, the reciprocal pronoun has the same identity as the subject. The reciprocal pronoun indicates that the individual members of a plural subject mutually react one on the other. (Ibid)

 Seperti halnya reflexive pronoun, the reciprocal pronoun juga memiliki kesamaan identitas dengan subject. Reciprocal pronoun mengindikasikan bahwa anggota dari subject yang jamak secara individual bereaksi satu sama lain. Jenis yang umum dari reciprocal pronoun ini adalah each other dan one another. Contoh:

They amused each other by telling stories = They amused themselves by telling stories.

Catatan dari Marcella Frank:

Each other digunakan untuk dua orang dan one another digunakan untuk tiga orang atau lebih tidak pernah diteliti oleh pakar ahli. Artinya, kedua-duanya bisa digunakan tanpa aturan yang jelas.

8.   Indefinite Pronouns

Such pronouns refer to indefinite (usually unknown) persons or things, or to indefinite quantities. (Frank, 1972:23).

Indefinite pronouns mengacu pada orang atau benda yang tak dikenal atau jumlah yang tak diketahui berapa besarnya. Indefinite pronoun dibagi menjadi dua. Pertama, Indefinite person or things dan kedua, indefinite quantities.

Indefinite Pronouns
Indefinite persons or things
Indefinite quantities
Somebody, someone, something
Anybody, anyone, anything
Nobody, no one, nothing
Everybody, everyone, everything
All, another, any
Both
Each, either
Few
Least, less, little, a lot of, lots of
Many, more, most, much
Neither, none
One, other(s)
Plenty of
Several, some