Seorang majikan saat pembantunya pulang kampung, jika mau mereka masih bisa mengerjakan kerjaan pembantunya tersebut. Berbeda dengan pembantu, saat majikannya tidak masuk kantor, dia tentu tidak mengantar majikannya ke kantor kan?. Lalu apa hubungannya ya dengan Verb “Do” waduh.. Ada-ada saja postingan kali ini, jangan terburu meremehkan kata kerja (verb) “Do” yang satu ini. Jika saja boleh protes, memang “Do” adalah sumber masalah pertama mengapa rumus tenses dituduh sebagai tersangka untuk membeci grammar (walah kaya kasus pembunuhan saja ya).
Coba bayangkan saja, kalimat Simple Present, I love you, saat dijadikan kalimat negative menjadi, I do not love you, terus jika dijadikan kalimat tanya menjadi Do I love you?. Disitu kata Do selalu ikut nimbrung seenaknya saja ikut-ikutan ditambahin. Padahal rumus tenses Simple Present paling terkenal di Indonesia kan Subject + V1 s/es? Walah kenapa “Do” jadi ikut-ikutan ketika dijadikan kalimat negatif dan kalimat interrogative? Sepertinya ada yang salah dengan rumusnya ya?
Coba bayangkan saja, kalimat Simple Present, I love you, saat dijadikan kalimat negative menjadi, I do not love you, terus jika dijadikan kalimat tanya menjadi Do I love you?. Disitu kata Do selalu ikut nimbrung seenaknya saja ikut-ikutan ditambahin. Padahal rumus tenses Simple Present paling terkenal di Indonesia kan Subject + V1 s/es? Walah kenapa “Do” jadi ikut-ikutan ketika dijadikan kalimat negatif dan kalimat interrogative? Sepertinya ada yang salah dengan rumusnya ya?
Belum lagi kata “Do” yang berubah menjadi “Did” seolah-olah seenaknya main berubah segala plus ikut nimbrung di kalimat negatif dan interogatif pada Simple Past, weleh-weleh sungguh keterlaluan. Contoh I loved you, konon kata guru saya jika dijadikan kalimat negatif menjadi I did not love you, kata loved huruf “D” nya hilang dan bergeser plus berganti menjadi “Did”. Jika dipikir-pikir sungguh mustahil dan tidak masuk akal sebuah huruf “D” bisa berubah menjadi “Did”, wuaduh yang salah rumusnya atau yang ngajar ya?
Namun jika kita melihat Simple Future, tentu tak ada satupun yang dengan seenaknya ikut nimbrung. I Will love you, tetap I will not love you saat menjadi kalimat negatif, paling Cuma ditambahkan not sebagai pertanda keterangan negation. Dan begitu juga saat dijadikan kalimat interogatif, paling will bergeser mendahului subject, why will you love me? Tanpa embel-embel ditambah s jadi wills…
Lalu apa sih yang membuat “Do” saya tuduh sebagai salah satu tersangka yang bikin onar Grammar? Jawabannya adalah karena “Do” mempunyai kepribadian ganda. Ia bisa menjadi auxiliary verb (pembantu kata kerja) dan ia juga bisa menjadi ordinary verb, disebut juga lexical verb (kata kerja utama, saya istilahkan majikan).
Ketika “Do” menjadi pembantu, harusnya ia patuh dan tunduk terhadap majikannya, namun nyatanya Ia memperkeruh suasana. Bandingkan kalimat dibawah ini:
DO: Kata Kerja Utama | DO: Kata Kerja Bantu |
I will do my jobs I have done my jobs. I did my works by myself. She does her homework They are doing a big mistake. | Do you learn English? She Does not learn English. Did you learn English? Yes, I Did. she thinks I didn’t learn English, but I did learn it. Do come to learn English. |
Do sebagai kata kerja utama (ordinary/lexical verb) bisa berubah menjadi Does, Did, Doing dan Done. Mereka dikategorikan sebagai Transitive verb : kata kerja yang wajib diikuti Object.
Do sebagai pembantu (auxiliary verb) hanya bisa berubah menjadi does, dan did. Mereka tidak bisa menggantikan posisi majikan hanya sekedar membantu keberadaan majikannya saja.
Oke sekian saja dulu untuk keterangan mengenai “Do” sebagai pembantu, kalau diberi umur panjang, kapan-kapan nyusul. Oke bro..
No comments:
Post a Comment