Social Icons

Wednesday, May 15, 2013

Teknik Menerjemahkan Secara Idiomatik


The Technique of Making Idiomatic Translation.. itulah kiranya judul buku karangan Choliludin, sarjana kelahiran Cirebon yang lulus di Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2002 lalu. Buku tersebut tersusun seperti skripsi yaitu dengan mencantumkan kutipan langsung dan kemudian diterjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia. Uniknya, buku tersebut memberikan berbagai macam contoh terjemahan teks dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Contoh teks yang diterjemahkan Choliludin dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia tersebut meliputi  jenis teks fenomena paranormal, teks bahasa surat kabar, teks film, teks kedokteran, teks maslah gizi, teks pendidikan seks, teks psikologi social, teks dunia olah raga, teks fenomena arkeologi, teks tata boga, teks manual program komputer, teks geologi, teks filsafat, teks narasi, teks ilmu agama, teks wacana kelautan, teks kriminologi, teks dunia binatang, teks KDRT, teks wacana hokum, teks masalah ekonomi, teks ilmu teknik, teks sejarah dunia, teks wacana politik, teks fenomena ruang angkasa, teks budaya, teks ilmu arsitek, teks fenomena fashion dan teks fenomena dinosaurus. Banyak banget??? Melihat banyaknya contoh terjemahan yang ditawarkan Choliludin, rasanya sayang jika tidak dijadikan referensi.

Nah disini saya akan mengutipkan tentang teknik membuat terjemahan idiomatik yang diungkapkan dalam buku Choliludin tersebut. Langsung saja, Choliludin (2007:46-47) mengurutkan bagaimana menerjemahkan secara idiomatik sebagai berikut:

  1. Identifikasi Kalimat 
  2. Analisis Kalimat, pastikan anda sudah mengetahui mana subjek, predikat, objek, dan  keterangan dari kalimat tersebut. 
  3. Pastikan bahwa pesan dari kalimat sumber sudah ditangkap, salah satunya dengan cara menandai bagian utama dari suatu kaalimat, yaitu subjek, predikat, objek atau komplemennya.
  4. Susun kembali kalimat jika tidak searah. 
  5. Terjemahkan kalimat dengan mengikuti prinsip Duff terutama prinsip no 4 
  6. Usahakan menerjemah sampai tingkat idiomatik seperti yang disarankan oleh Larson.



Keterangan:

Menurut Choliludin, identifikasi kalimat yaitu dengan mengetahui jenis teks apa yang akan diterjemahkan, apakah teks tentang budaya, social, ekonomi dll. Dalam identifikasi kalimat tersebut juga kita mencari subject kalimat, predikatnya, objectnya dan bagian kalimat yang lain.

Teknik nomor empat diatas hanya dilakukan jika ada slot-complex sentence, alias kalimat majemuk yang tidak searah. Jika kalimat yang akan diterjemahkan itu one-way complex sentence, maka tidak perlu ada penyusunan ulang. Contoh perbedaan one-way complex sentence dan slot-complex sentence:
          
      I borrowed a book because I like reading. (Kalimat majemuk searah)
         
         The determination of the degree to which Sanskrit loan-words show Javanese influence in their meaning forms a rewarding subject of investigations for linguists. (Kalimat majemuk tak searah)

Frasa dalam contoh diatas, yang digaris bawah adalah subject, yang bercetak tebal verb, dan yang dicetak miring object, selebihnya adalah keterangan.

Slot-complex sentence merupakan kalimat majemuk yang tak mudah dilacak karena kita bisa terkecoh dimana kata kerja ataupun object kalimat tersebut seperti contoh diatas. Sedangkan one-way complex sentence adalah kalimat majemuk yang mudah dipahami susunan kalimatnya karena tidak ada kata, frasa ataupun clausa yang terelip diantara subject, predikat, objek, keterangan dan pelengkapanya.

Duff, dikutip oleh Choliludin  (2007:41-44) menjelaskan 6 prinsip penerjemahan. Salah satunya adalah prinisip no 4 yang dijadikan sebagai teknik kelima dalam menerjemahkan secara idiomatik. Dalam hal ini Duff menjelaskan:

“One of the most frequent criticisms of translation is that it does not sound ‘natural’. This is because the translator’s thoughts and choice of words are too strongly molded by the original text. A good way to avoid the influence of the source language is to set the text aside and translate a few sentences aloud from memory. This will suggest natural patterns of thought in the first language which may not come to mind when the eye is fixed on the SL text.”

Choliludin (2007:43) menerjemahkan teks diatas sebagai berikut:

“Salah satu kritik terjemahan yang sering muncul, yaitu tentang terjemahan yang tidak ‘alami’. Ini terjadi karena pikiran dan kata-kata yang dipilih penerjemah terlalu kuat terpaku pada teks aslinya. Cara yang baik untuk menghindari pengaruh bahasa sumbernya, yaitu: “Setelah menerjemahkan sebuah kalimat atau bebeapa ungkapan teks sumeber ke teks sasaran, baca hasil tersebut dengan keras (Sehingga Anda bisa mendengar suara anda sendiri atau jika dibaca dalam hati, usahakan konsentrasi dengan penuh dan sesuaikan dengan kaidah tata bahasa anda, apakah terdengar lembut, alami, dan masuk akal, atau tidak). Hal ini akan membantu membentuk pola pikiran alami yang mungkin tidak terpikirkan saat mata terpaku pada teks sumber.”
Sedang teknik keenam tentang anjuran Larson bisa di baca disini.

Contoh-contoh terjemahan idiomatik yang ditawarkan Choliludin dalam bukunya tersebut sebenarnya sangat banyak dan sangat memakan halaman. Oleh karena itu, jika diberi kesempatan, nanti akan saya berikan contoh-contoh teknik menerjemahkan secara idiomatik yang diungkapkan oleh Choliludin tersebut.

Bagi yang sudah punya bukunya, mohon koreksi jika ada kesalahan penulisan kutipannya. Mohon maaf dan terima kasih.

Referensi:

Choliludin. 2007. The Technique of Making Idiomatic Translation. Jakarta: Visipro.


No comments:

Post a Comment